Thursday, November 1, 2012

13 Hari Menuju Dinar - Undangan


Day 1___________________
Undangan

"prraaannnnggg" terbelah 5 lah piring tersebut, "kamu lagi kamu lagi, ga ada kapoknya mecahin piring" omel Bu Narta. "maaf bu, saya tidak sengaja menjatuhkannya" jawab Duan memelas. Duan, cowo ganteng yg bekerja di d’creek sebagai pelayan padahal dia berasal dari keluarga berada. "maaf, maaf, sudah berapa kali kamu memecahkan piring? hah?!" bentak Bu Narta ".........." Duan hanya terdiam memandangi piring yg pecah dikelilingi suara gaduhnya dapur restoran. "gaji kamu sayang potong ya Duan, sudah 7 kali kamu memecahkan piring minggu ini" sambil melirik sinis Bu Narta memperingatkan Duan. Memang sial buat Duan, seminggu ini ada aja masalah sepele yang di gede-gedein.
"capeknya hari ini...jam delapan ya hm kanan atau kiri? warkop atau warteg?" menggaruk kepala pun ga cukup buat Duan menentukan mau kemana dia pergi.
Kelip lampu dan teriakan anak-anak masih terdengar meskipun jarum pendek jam menunjuk ke angka delapan, begini lah kehidupan di kota ini, layaknya kota yang tak pernah tidur. "mau pesen apa mas?" tanya Mbak Ratna (pemilik warkop) pada Duan, "susu putih sama roti bakar ya mbak, tumben jam segini mbak masih jaga?" tanya Duan sambil menaruh tas yang berisi seragam restoran di bangku warkop yg lumayan panjang. "Mas Ari lagi pergi wan, sebentar lagi pulang kok". Duan mulai mengabiskan roti bakar dan secangkir susu putih yg menghangatkan suasana di antara indahnya malam dan suntuknya perasaan Duan hari ini. Tak lama dia membayar dan langsung balik ke kos-annya.
"tok...tok...tok" "mus, gue udah balik, bukain pintu dong, gue capek nih!" keluh Duan di depan pintu kamar kos-annya, kamar berukuran 6x5 meter yg di tinggali 2 orang cowo ganteng tapi kadang kelakuannya aneh. Ramus, temen sejak Duan kecil, anak juragan beras di kampung halamannya. Mereka bersahabat sejak umur mereka masih 5 tahun. Bisa di tebak karena keanehan mereka berdua yg hampir mirip, mungkin bisa di katakan satu spesies -____-. "iye bentar, sabar dikit ngapa sih" gerutu Ramus sesaat sebelum membukakan pintu kamar. "seminggu wan! seminggu ini muka lo kusut terus kalo pulang ke kos-an! ada apa sih? ngeliat Dinar jalan sama cowonya lagi?" ketus bukan kepalang ngeliat Duan dengan muka kusut seminggu ini. "bukan! masih aja sih ngomongin Dinar" Dinar, cewe yg bikin Duan tergila-gila sejak SD, ya maklum Dinar itu emang beda dari yg lain,  dia cewe berkulit putih, berpostur proporsional dengan rambut hitam bergelombang yg menutupi kepalanya dan terkadang menutupi matanya yg indah. Di balik keindahan fisiknya, terdapat kepribadian yg tanguh, semangat tinggi dan sikap yg lemah lembut. "udah ga ada rasa kali gue sama dia, gausah lah bahas dia lagi" saut Duan sambil melepas sepatu yg dia pakai setiap bekerja. "mau bohong sama gue ya? masih jaman aja bohongin perasaan lo sendiri, kalo emang masih suka sih bilang aja wan, gausah di pendem gitu kaleh...hahaha" tertawa dan tertawa, kemudian Ramus duduk di samping Duan dan ngasih sebuah undangan "nih ada undangan buat lo wan, kayanya spesial banget deh ha..ha..ha, gue tidur duluan ya, ngantuk nungguin lo balik" Beranjak lah Ramus ke kasurnya dan mulai memejamkan mata. "undangan apaan ini? paling orang sunatan atau kawinan" pelan-pelan Duan membuka undangan itu, tanpa sebab yg jelas dia tertawa kecil sambil membanting undangan yg di berikan oleh Ramus "omg!! gue baru inget kalo 2 minggu lagi Dinar ulang tahun dan gue di undang ke pestanya! cihaaayyyy" itu memang undangan pesta ulang tahun Dinar yg ke 19, dan baru kali ini Duan di undang ke pestanya itu, kasian ckck. Sekarang sudah jam 11 malem, Duan dan Ramus udah menuju ke pulau mimpi mereka, di selimuti angin yg berhembus pelan dan di temani suara jangkrik bernyanyi.

No comments:

Post a Comment